Bab 1
Konsep dan Pengertian
Manajemen Proyek
merupakan keharusan. Pekerjaan pekerjaan tertentu akan lebih efisien dan
efektif jika dikelola dalam kerangka proyek dan bukan diperlakukan sebagai
pekerjaan biasa.
Contoh pekerjaan proyek yang lain adalah
pembuatan suatu corporate plan. Yaitu rencana strategis untuk jangka lima
tahun ke depan. Dengan bantuan konsultan, akan diberi batasan waktu, biaya, dan
lingkup pekerjaan tertentu yang harus diselesaikan.
Proyek didefiniskan sebagai sebuah
rangkaian aktifitas unik yang saling terkait untuk mencapai suatu hasil
tertentu dan dilakukan dalam periode waktu tertentu pula (Chase et al., 1998).
Menurut PMBOK Guide(2004) sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik penting
yang terkandung di dalamnya yaitu :
Sementara (temporary) berarti setiap proyek selalu memiliki jadwal
yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek berakhir jika
tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap proyek itu tidak ada lagi
sehingga proyek tersebut dihentikan.
Unik artinya bahwa setiap proyek menghasilkan suatu
produk,solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda satu dan lainnya.
Progressive elaboration adalah karakteristik proyek yang
berhubungandengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik. Setiap proyek
terdiri dari langkah-langkah yang terus berkembang dan berlanjut sampai proyek
berakhir. Setiap langkah semakin memperjelas tujuan proyek.
Manajemen proyek adalah aplikasi
pengetahuan (knowledges), keterampilan
(skills), alat (tools) dan teknik (techniques)
dalam aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek.
Dalam pelaksanaannya, setiap proyek selaludibatasi oleh kendala-kendala yang
sifatnya saling mempengaruhi danbiasa disebut sebagai segitiga project constraint, yaitu lingkup pekerjaan(scope), waktu dan biaya.
Di sini juga bisa dikemukakan bahwa dalam pelaksanaan
pr oyek ada tawar-menawar (trade off)
antara berbagai pembatas. Jika kualitas hasil ingin dinaikkan, akan membawa konsekuansi
kenaikan biaya dan waktu. Sebaliknya, jika biaya ditekan agar lebih murah
dengan waktu pelaksanaan tetap sama, maka konsekuensinya, kualitas bisa turun.
Macam-macam Proyek:
1.
Proyek Konstruksi
Proyek ini biasanya berupa pekerjaan membangun atau membuat
produk fisik. Sebagai contoh adalah proyek pembangunan jalan raya, jembatan
atau pembuatan boiler.
2.
Proyek Penelitian dan
Pengembangan
Proyek ini bisa berupa penemuan produk baru, temuan alat
baru, atau penelitian mengenai ditemu kannya bibit unggul untuk suatu tanaman.
Proyek ini bisa muncul di lembaga komersial maupun pemerintah. Setelah suatu
produk baru ditem kan atau dibuat biasanya a kan disusul pembuatan secara
massal untuk di komersialisasi kan.
3.
Proyek yang berhubungan dengan
manajemen jasa
Proyek ini sering muncul dalam perusahaan maupun
instansi pemerintah. Proyek ini bisa berupa:
• Perancangan struktur organisasi
• Pembuatan sistem informasi manajemen
• Pening katan produktivitas perusahaan
• Pemberian training
Keberhasilan Manajemen
Proyek Manajemen
Proyek dianggap sukses jika bisa
mencapai tujuan yang diinginkan dengan memenuhi syarat berikut :
• Dalam waktu yang dialokasikan
• Dalam biaya yang dianggarkan
• Pada per formansi atau spesi fikasi yang ditentukan
• Diterima kustomer
• Dengan pe rubahan lingkup pekerjaan minimum yang disetujui
• Tanpa mengganggu aliran pekerjaan utama organisasi
•
Tanpa merubah budaya (positif) perusahaan
Bab 2
Siklus Hidup Proyek
Secara ringkas siklus hidup produk
ini bisa diberikan sebagai berikut :
1.
Riset dan Pengembangan
(R&D)
Tahap penelitian pasar akan produk yang
diinginkan pasar, pembuatan model dan desain, pembuatan produk.
2.
Pengenalan ke Pasar
Mulai dilempar ke pasar, melihat
bagaimana tanggapan pasar terhadap produk baru yang dimunculkan.
3.
Tumbuh
Tahap di mana produk mulai mendapatkan
pembelian secara meningkat dari konsumen.
4.
Matang
Tahap ini ditandai jumlah penjualan yang
sudah mencapai maksimum dan sulit untuk dinaikkan lagi.
5.
Penurunan
Setelah tahap matang berakhir, maka
penjualan produk biasanya akan mengalami penurunan (deteriorasi).
6.
Mati
Tahapan terakhir adalah ketika produk tidak lagi dibeli
oleh konsumen. Siklus hidup produk akan berakhir, tidak diproduksi lagi.
Secara garis besar, tahap-tahap proyek
bisa dibagi menjadi:
1)
Tahap Konsepsi
2)
Tahap Perencanaan
3)
Tahap Eksekusi
4)
Tahap Operasi
Konsepsi
Bisa dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
1.
Inisiasi Proyek
Inisiasi adalah titik dimana suatu ide
tentang proyek lahir. Proyek dimulai dengan ditemukannya suatu masalah,
kesempatan atau kebutuhan oleh user. Dengan kata lain bila user menemukan ide.
2.
Kelayakan Proyek
Kelayakan adalah proses investigasi terhadap masalah dan
mengembangkan solusi secara lebih detail apakah penyelesaian masalah itu cukup
menguntungkan secara ekonomis dan bermanfaat.
Tahap Perencanaan
Tahap ini meliputi kegiatan:
penyiapan rencana proyek secara detail dan penentuanspesifikasi proyek secara
rinci.
Isi rencana proyek terdiri dari:
1)
Jadwal pekerjaan
2)
Anggaran dan sistem
pengendalian biaya
3)
Work Breakdown Structure secara rinci
4)
Bagian-bagian yang berisiko
tinggi dan cukup sulit dan rencana tentang pengatasan kemungkinan-kemungkinan
yang akan muncul.
5)
Rencana sumberdaya manusia dan
pemakaian sumberdaya lain.
6)
Rencana pengujian hasil proyek
7)
Rencana dokumentasi
8)
Rencana peninjauan pekerjaan
9)
Rencana pelaksanaan hasil
proyek
Penentuan spesifikasi produk yang
dibuat dalam proyek ini ada duamacam, yaitu:kebutuhan user dan kebutuhan
proyek.
Tahap Eksekusi
Pada tahap ini campur tangan user
sudah sangat kecil, porsi pengambilan keputusan lebih banyak di tangan
pelaksana proyek.
Tahap-tahap dalam eksekusi ini
adalah:
1)
Desain
Dalam tahap ini spesifikasi akan
diterjemahkan dalam gambar, maket, diagram atau skema.
2)
Pengadaan
Dalam tahap ini dilakukan pengadaan
fasilitas-fasilitas pendukung maupun material untuk tahap selanjutnya.
3)
Produksi
Setelah fasilitas dan bahan pendukung
diadakan dan tersedia, bisa dilakukan pelaksanaan produksi.
4)
Implementasi
Jika produksi telah dilakukan, hasil siap diserahkan
kepada user untuk diuji apakah cocok dengan kebutuhannya.
Tahap Operasi
Keterlibatan kontraktor dianggap
telah selesai lalu user mulai mengoperasikan hasil proyek tersebut. Bisa juga
keterlibatan kontraktor masih berlangsung dalam rangka evaluasi sistem atau produk
yang dibuat dan pemeliharaannya.Setelah sistem berjalan untuk beberapa
waktubisa jadi sistem itu menuntut perubahan karena adanya perubahan
lingkunganatauperkembangan teknologi.Jika user menghendaki perubahan maka
perbaikan sistem menjadi proyek baru yang akan mengikuti siklusmulai dari awal
lagi.
Bab 3
Organisasi Proyek
Suatu
perusahaan jika berhasil
maka cenderung berkembang, menambah sumberdaya dan orang, lalu mengembangkan
struktur organisasinya. Secara umum terdapat beberapa dasar penyusunan struktur
organisasi, yakni:Berdasarkan produk; Berdasarkan lokasi; Berdasarkan proses; Berdasarkan
pelanggan; dan Berdasarkan Fungsi.
Secara umum terdapat beberapa dasar penyusunan struktur
organisasi, yakni:
Berdasar produk
Misalkan perusahaan General mempunyai pembagian organisasi berdasar
kan produknya sehingga perlu dibentuk beberapa divisi seperti General Motor,
General Food dan General electric.
Berdasar lokasi
Beberapa perusahaan BUMN
membagi organisasinya berdasar kan wilayah regional seperti Telkom
Devisi Regional Jawa Timur atau Nokia untukwilayah Asia dan lain-lain.
Berdasar proses
Beberapa perusahaan mungkin membagi organisasinya berdasar kan proses
pembuatan produk. Misalnya organisasi dibagi menjadi departemen pengecoran,
pengelasan dan finishing.
Berdasar pelanggan
Misalkan perusahaan Nestle membagi divisi produksi susu
bayi dan susu dewasa untuk melayani pelanggan anak-anak dan dewasa.
Berdasarkan Fungsi
Perusahaan membagi organisasinya berdasarkan fungsi- fungsi seperti
keuangan, personalia, produksi dan lain-lain.
Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional membagi
departemennya berdasarkan fungsi-fungsi yang dilakukan bagian yang ada. Di sini
kita mengenal fungsi pemasaran, fungsi personalia, fungsi produksi, fungsi
keuangan dan sebagainya, bergantung pada kebutuhan perusahaan untuk menangani
pekerjaannya.
Keuntungan Organisasi Fungsional:
1.
Adanya fleksibilitas yang
tinggi dalam penggunaan staf / karyawan.
2.
Orang-orang dengan keahlian
tertentu bisa ditugaskan dibanyak proyek yang berbeda.
3.
Orang-orang dengan keahlian
yang berbeda dapat dikelompokkan dalam satu grup untuk berbagi pengetahuan dan
pengalaman.
4.
Divisi fungsional yang
bersangkutan bisa jadi basis bagi kelangsungan teknologi bila para personel keluar
dari proyek atau organisasi induk.
5.
Divisi fungsional mempunyai
jalur-jalur karir bagi mereka yang mempunyai keahlian tertentu.
Kekurangan Organisasi Fungsional:
1.
Klien tidak menjadi perhatian
utama dari aktivitas yang dilakukanorang-orang yang terlibat proyek.
2.
Divisi fungsional cenderung
berorientasi pada aktivitas-aktivitas khusus yang sesuai dengan fungsinya.
3.
Kadang-kadang dalam proyek yang
diorganisasi secara fungsional ini tidak ada individu yang diberi tanggung
jawab penuh untuk mengurus proyek.
4.
Motivasi orang yang ditugaskan
ke proyek cenderung lemah.
5.
Penyusunan organisasi seperti
ini tidak memberikan pendekatan yang holistik terhadap proyek.
Organisasi Proyek Murni
Proyek terpisah dari organisasi
induk. Ia menjadi organisasi tersendiri dalam staf teknistersendiri,
administrasi yang terpisah, dan ikatan dengan organisasi induk berupa laporan
kemajuan atau kegagalan secara periodik mengenai proyek.
Kelebihan Organisasi Proyek Murni:
1.
Manajer proyek mempunyai
wewenang penuh untuk mengelola proyek.
2.
Semua anggota tim proyek secara
langsung bertanggung jawab terhadap manajer proyek.
3.
Rantai komunikasi menjadi
pendek, yakni antara manajer proyek dengan eksekutif secara langsung.
4.
Bila ada proyek yang sejenis
berturut-turut, organisasi bisa memanfaatkan para ahli yang sama sekaligus
melakukan kaderisasi dalam penguasaan teknologi tertentu.
5.
Karena kewenangan terpusat,
kemampuan untuk membuat keputusan bisa cepat dilakukan.
6.
Adanya kesatuan komando.
7.
Bentuk ini cukup simpel
sehingga mudah dilaksanakan.
8.
Adanya dukungan secara
menyeluruh terhadap proyek.
Kekurangan Organisasi Proyek
Murni:
1.
Bila organisasi induk mempunyai
banyak proyek yang harus dikerjakan, biasanya setiap proyek akan mengusahakan
sendiri sumberdaya, sehingga terjadi duplikasi usaha dan fasilitas.
2.
Struktur ini akan menambah
biaya yang cukup mahal bagi organisasi induk, karena biasanya akan berdiri
sendiri dengan staf yang penuh.
3.
Seringkali manajer proyek
menumpuk sumberdaya secara berlebihan untuk mendapatkan dukungan teknis dan
teknologi sewaktu-waktu diperlukan.
4.
Bila proyek selesai akan
terjadi masalah tentang bagaimana nasib pekerja proyek yang ada.
5.
Ketidak konsistenan prosedur
bisa sering terjadi dengan memakai alasan " memenuhi permintaan
klien".
Organisasi Matriks
Dalam rangka menggabungkan
kelebihan-kelebihan yang dipunyaiorganisasi fungsional dan organisasi proyek
murni dan menghindarkan kekurangan-kekurangan yang ada, maka dikembangkan
bentuk organisasi yang dikenal dengan organisasi matriks. Organisasi matriks
adalah organisasi proyek murni yang melekat pada divisi fungsional pada
organisasi induk.
Kelebihan Organisasi Matriks:
1.
Proyek mendapatkan perhatian
secukupnya.
2.
Karena organisasi matriks
melekat pada unit fungsional organisasi induk maka mudah untuk mendapatkan
orang potensial yang dibutuhkan dari setiap unit fungsional.
3.
Tidak ada masalah yang berat
yang akan menyusul berkenaan dengan nasib pekerja proyek jika suatu proyek
selesai.
4.
Tanggapan terhadap keinginan
yang diminta oleh klien bisa cepat diberikan seperti dalam organisasi proyek
murni.
5.
Dengan manajemen matrik proyek
akan mempunyai akses perwakilan dari divisi administrasi perusahaan induk,
sehingga konsistensinya dengan kebijaksanaan, prosedur dari perusahaan induk
tetap terjaga.
6.
Bila ada beberapa proyek yang
bersamaan, organisasi matrik memungkinkan distribusi sumberdaya yang lebih
seimbang untuk mencapai berbagai target dari beberapa proyek yang berbeda-beda.
7.
Pendekatan holistik terhadap
kebutuhan organisasi secara menyeluruh ini memungkinkan proyek dijadwalkan dan
diberi porsi personel untuk mengoptimalkan performansi organisasi secara
menyeluruh dan tidak hanya mengutamakan keberhasilan suatu proyek dengan
mengorbankan proyek yang lain.
Kekurangan Organisasi Matriks:
1.
Dalam organisasi proyek murni
jelas bahwa Manajer Proyek adalah sentral pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan proyek.
2.
Dalam organisasi matrik
terdapat kekuatan yang seimbang antara manajer fungsional dan manajer proyek,
sehingga bila terdapat perintah dari dua manajer ada keraguan perintahmanajer
mana yang harus dipenuhi dahulu, pekerjaan proyek bisa jadi terbengkalai.
3.
Perpindahan sumberdaya dari
satu proyek ke proyek lain dalam rangka memenuhi jadwal proyek bisa
meningkatkan persaingan antar manajer proyek.
4.
Manajemen Matrik melanggar
prinsip utama dari manajemen yaknikesatuan komando (unity of command).
Bab 5
Perencanaan Proyek
Penentuan apa yang akan dikerjakan
ini merupakan fungsi dari perencanaan (planning). Sedangkan tindakanmemastikan
bahwa rencana dikerjakan dengan benar merupakan fungsi pengendalian (control).
Alasan-alasan berikut mendasari perlunya
perencanaan:
·
Untuk menghilangkan atau
mengurangi ketidakpastian
·
Untuk memperbaiki efisiensi
operasi
·
Untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang tujuanProyek
·
Untuk memberikan dasar
bagipengendalian pekerjaan monitoring dan pengendalian
Tahap-tahap Perencanaan Proyek
Tahap-tahap perencanaan proyek
meliputi:
1.
Penentuan tujuan proyek dan
kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini perlu ditentukan hasil akhir proyek, waktu,
biaya dan performansi yang ditargetkan.
2.
Pekerjaan-pekerjaan apa saja
yang diperlukan untuk mencapai tujuan proyek haruslah diuraikan dan didaftar.
3.
Organisasi proyek dirancang
untuk menentukan departemen-departemen yang ada, subkontraktor yang diperlukan
dan manajer-manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pekerjaan yang
ada.
4.
Jadwal untuk setiap aktivitas
pekerjaan dibuat, yang memperlihatkan waktu tiap aktivitas, waktu mulai dan
batas selesai serta milestone.
5.
Sebuah rencana anggaran dan
sumberdaya yang dibutuhkan dipersiapkan.
6.
Estimasi mengenai waktu, biaya
dan performansi penyelesaian proyek.
Permasalahan-permasalahan biasanya
akan muncul dalam tahapperencanaan ini, yaitu antara lain:
·
Tujuan dan sasaran proyek tidak
bisa disetujui oleh semua pihak.
·
Tujuan proyek terlalu kaku
sehingga kurang bisa mengakomodasi perubahan-perubahan.
·
Tidak cukup untuk menentukan
tujuan secara baik.
·
Tujuan tidak cukup
terkuantifikasi atau terukur.
Rencana Induk Proyek
Rencana induk proyek berisi:
1.
Deskripsi Proyek
Bagian ini berisi deskripsi singkat
mengenai asal-usul dan latar belakang lahirnyaproyek.
2.
Manajemen dan Organisasi
Bagian ini berisi ringkasan mengenai
organisasi dan personel yang dibutuhkan. Isinya meliputi: Manajemen proyek dan
organisasi; Kebutuhan orang; Training dan pengembangan.
3.
Bagian Teknis
Ringkasan mengenai aktivitas utama proyek, waktu dan
biaya. Termasuk dalam bagian ini adalah: Rincian pekerjaan (statement of work); Jadwal proyek;
Anggaran dan dukungan keuangan; Testing;
Dokumentasi; Implementasi; Rencana peninjauan pekerjaan; dan Justifikasi
ekonomi.
Banyak metode yang digunakan dalam
perencanaan, beberapa diantaranya adalah:
1.
Work Breakdown Structure (WBS)
WBS adalah kegiatan menguraikan pekerjaan
proyek menjadi pekerjaan-pekerjaan kecil yang secara operasional mudah
dilaksanakan serta mudah diestimasi biaya dan waktu pelaksanaannya.
2.
Matriks tanggungjawab
Digunakan untuk menentukan organisasi
proyek, orang-orang kunci, dan tanggungjawabnya.
3. Gantt Charts
Digunakan untuk menunjukkan jadwal induk
proyek, dan jadwal pekerjaan secara detail.
4.
Jaringan kerja (network)
Digunakan untuk memperlihatkan urutan pekerjaan, kapan
dimulai, kapan selesai, dan kapan proyek secara keseluruhan selesai.
Pendefinisian Pekerjaan
Tujuan proyek perlu diterjemahkan
secara lebih operasional, sehingga memungkinkan untuk menentukan elemen-elemen
pekerjaan secara detail untuk mencapai tujuan tersebut. Perlu didefinisikan
pekerjaan-pekerjaan yang ada dan bagaimana hubungan antar pekerjaan itu.
Work Breakdown Structure
WBS mempunyai kegunaan yang besar
dalam perencanaan danpengendalian proyek. Setidaknya ada tiga manfaat utama:
1.
Selama analisis WBS, manajer
fungsional dan personel lain yang akan mengerjakannya diidentifikasikan
sekaligus terlibat.
2.
WBS akan menjadi dasar
penganggaran dan penjadwalan.
3.
WBS menjadi alat kontrol
pelaksanaan proyek.
Sesudah proyek dipecah-pecah dalam
paket pekerjaan yang operasional, perlu ditentukan unit organisasi mana yang
bertanggungjawab terhadap pekerjaan tersebut. Untuk itu perlu dibuat integrasi
antara WBS dan organisasi proyek.
Matriks Tanggung jawab
Di sini diperlihatkan hubungan
antara pekerjaan dan orang yang bertanggungjawab langsung terhadap pekerjaan
tersebut.
Kolom matriks menunjukkan orang
yang bertanggungjawab dan dari bagian apa dalam organisasi proyek, sedangkan
baris matriks menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam proyek.
Dengan matriks ini lebih mudah
dilihat apakah masih ada pekerjaan yang terlewati (tanpa penanggung
jawab).Selain itu, juga bisa digunakan untuk proses pengendalian.
Bab 6
Penjadwalan Proyek
Setelah pekerjaan proyek dipecah-pecah menjadi paket-paket pekerjaan,
selanjutnya dapat dibuat penjadwalannya.Yang perlu dijadwalkan adalah paket
pekerjaan atau aktivitas. Sedangkan kejadian (events)
dan milestone hanyalah akibat dari
selesainya aktivitas. Milestone digunakan untuk menandai telah selesainya
beberapa aktivitas yang kritis dan sulit.Jadwal dari aktivitas besar ini sering
disebut Jadwal Induk Proyek.
Diagram Perencanaan Dan Penjadwalan
Yang pertama dikembangkan dalam
perencanaan dan penjadwalan adalah Gantt Charts. Nama ini mengacu pada
penemunya Henry L. Gantt, seorang konsultan manajemen terkenal. Apa yang
diperlihatkan dalam Gantt Charts adalah hubungan antara aktivitas dan waktu pengerjaannya.
Disini bisa juga dilihat aktivitas mana yang harus mulai dulu dan aktivitas
mana yang menyusulnya. Gantt Charts dibuat menyusul selesainya WBS.
Gambar diatas memperlihatkan Gantt
Charts dari suatu proyek Perancangan dan Implementasi Statistical Process
Control (SPC) di suatu perusahaan manufaktur. Gantt Charts tidak bisa secara
eksplisit menunjukan keterkaitan antar aktivitas dan bagaimana satu aktivitas
berakibat pada aktivitas lain bila waktunya terlambat atau dipercepat,sehingga
perlu dilakukan modofikasi terhadap Gantt Chart. Untuk dikembangkan teknik baru
yang bisa mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada Gantt Chart. Cara baru
itu dikenal sebagai jaringan kerja atau Network. Hal- hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan jaringan kerja adalah:
1 . Macam-macam aktivitas yang ada.
2. Ketergantungan an tar aktivitas, mana yang
lebih dahulu d iselcsaikan mana yang menyusul.
3. Urutan logis dari masing-masing aktivitas
4. Waktu penyelesaian tiap aktivitas.
Ada dua pendekatan dalam hal menggarnbarkan
diagram jaringan kerja, yang pertama, kegiatan digambarkan dengan simpul
(node), Activity On Node (AON). Sedangkan peristiwa atau event, diwakili oleh
anak panah. Yang kedua aktivitas digambarkan dengan anak panah, Activity On
Arch (AOA).
Project Evaluation and Review Technique
(PERT)
Metode ini pertama kali digunakan
dalam proyek Sistem Rudal Polaris di Angkatan Laut Amerika Serikat. Proyek ini
penuh ketidakpastian dalam hal waktu kegiatan. PERT adalah salah satu metode
yang menggunakan jaringan kerja (network), di samping CPM(Critical Path Method)
.
PERT digunakan untuk proyek-proyek
yang baru dilaksanakan untuk pertama kali, di mana estimasi waktu lebih
ditekankan dari pada biayanya. Ciri utama PERT adalah adanya tiga perkiraan
waktu: waktu pesimis (b), waktu paling mungkin (m), dan waktu optimis (a).
Ketiga waktu perkiraan itu selanjutnya digunakan untuk menghitung waktu yang
diharapkan (expected time).
Waktu optimis, a, adalah waktu
minimum dari suatu kegiatan, dimana segala sesuatu akan berjalan baik, sangat
kecil kemungkinan kegiatan selesai sebelum waktu ini. Waktu paling mungkin, m,
adalah waktu normal untuk menyelesaikan kegiatan. Waktu ini paling sering terjadi seandainya
kegiatannya bisa diulang.
Sedangkan waktu pesimis, b, adalah
waktu maksimal yang diperlukan suatu kegiatan, situasi ini terjadi bila nasib
buruk terjadi.
Bab 9
Pengendalian Proyek
Tahap manajemen
yang berikutnya setelah pelaksanaan proyek adalah pengendalian. Ini berarti di
dalam pelaksanaan proyek, sebelum proyek selesai, sudah ada proses
pengendalian. Jadi pengendalian dilakukan seiring pelaksanaan proyek.
Pengendalian dilakukan agar proyek tetap berjalan dalam batas waktu, biaya dan
performansi yang ditetapkan dalam rencana. Sehingga proses pengendalian proyek ini adalah hal yang
sangat penting. Rencana yang bagus tanpa dibarengi dengan pengendalian yang
baik sangat mungkin tidak akan menghasilkan output proyek yang bagus dalam hal
jadwal, biaya dan performansi.
Ada perbedaan antara perencanaan dan
pengendalian yaitu:
Perencaan
perkonsetrasi pada
a.
Penetapan arah dan tujuan
b.
Pengalokasi sumberdaya
c.
Pengantisipasian makalah
d.
Pemberikan motivasi
Sedangkan
pengendalian berfokus pada
a.
Pengendalian pekerjaan ke arah
tujuan
b.
Pengunaan secara efektif
sumberdaya ang ada
c.
Perbaikan
d.
Pemberian imbalan pencapai
tujuan
Langkah-langkah dalam Pengendalian
Secara umum ada tiga langkah pokok
dalam proses pengendalian, yaitu:
1.
Menentukan standar performansi
sesuatu yang akan dikendalikan.
2.
Membandingkan antara
performansi aktual dan performansi standar hasil pekerjaan dan pengeluaran yang
sudah terjadi dibandingkan dengan jadwal, biaya dan spesifikasi performansi
yang direncanakan.
3.
Melakukan tindakan koreksi,
bila performansi aktual secara signifikan menyimpang dari yang direncanakan
tindakan koreksi perlu dilakukan.
Monitoring lnformasi
Agar proses pengendalian bisa
dilakukan tepat waktu dan efektifperlu adanya informasi yang tersedia mengenai
pekerjaan yang sedang dilakukan. Untuk itu perlu adanya kegiatan mengumpulkan
data dan melaporkan informasi.
Untuk membantu memudahkan
pengendalian proyek perlu dibuat suatu alat bantu yang disebut dengan Project Cost Accounting System. PCAS
adalah suatu struktur dan metodologi, bisa manual atau terkomputerisasi yang
memungkinkan dilakukannya perencanaan, pelacakan, dan pengendalian biaya
proyek.
Terdapat yang namanya Sistem
Informasi Manajemen Proyek yang diharapkan mampu:
1.
Menyediakan informasi yang
perlu untuk melakukan perencanaan, pengendalian dan ringkasan-ringkasan
dokumen.
2.
Memisahkan data dari sistem
informasi komputer yang lain ke dalam database proyek.
3.
Mengintegrasikan pekerjaan,
biaya, tenaga kerja dan informasi jadwal untuk menghasilkan perencanaan,
pengendalian dan laporan ringkas untuk manajer proyek, orang-orang fungsional
dan pihak manajemen yang lebih tinggi.
Pengendalian Internal dan Eksternal
Ada dua macam pengendalian dalam
proyek ditinjau dari tempat asalnya: pengendalian internal (didasarkan pada
standar yang berasal dari sistem kontraktornya) dan pengendalian eksternal
(didasarkan pada prosedur tambahan yang ditetapkan oleh pihak klien atau user).
Pengendalian Biaya Tradisional
Dalam pengendalian biaya
tradisional, pengukuran performansi pekerjaan didasarkan pada perbandingan biaya
yang dianggarkan dengan biaya aktual. Pembandingan ini lebih populer dengan
istilah Analisis Variansi.Pendekatan baru yang memadukan informasi biaya dan
kemajuan pekerjaan sering dinamakan dengan earned
value.
Ada proses-proses tertentu yang
perlu dilakukan untuk melakukan pengendalian dalam manajemen proyek. Proses
tersebut terdiri dari: Otorisasi Pekerjaan dan Pengumpulan Data.
Di dalam otorisasi pekerjaan
terdapat perintah kerja (work order)
yang memuat:
·
Pernyataan pekerjaan (statement of work)
·
Anggaran berjalan untuk jam
kerja langsung, material dan biaya langsung yang lain
·
Jadwal, kejadian penting, dan
hubungan dengan paket kerja yang lain
·
Posisi pekerjaan yang
bersangkutan dalam WBS
·
Spesifikasi dan
kebutuhan-kebutuhan
·
Tanda tangan pemberi wewenang
dan penerima tanggungjawab.
Analisis Performansi
Ada bermacam-macam variabel yang
bisa digunakan untuk mengevaluasi performansi proyek pada saat tertentu.
Variabel-variabel itu adalah:
1.
BCWS(Budgeted Cost of Work Scheduled), yaitu variabel yang menyatakan
besarnya biaya yang dianggarkan untuk pekerjaan yang dijadwalkan untuk suatu
periode tertentu dan ditetapkan dalam anggaran.
2.
ACWP(Actual Cost of Work Performed), variabel yang menyatakan
pengeluaran aktual dari. pekerjaan yang sudah dikerjakan sampai waktu tertentu.
3.
BCWP(Budgeted Cost of Work Performed), variabel yang menyatakan jumlah
biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan yang sudah dikerjakan.
Dari ketiga besaran BCWS, BCWP,
dan ACWP dapat diperoleh besaran lain. Besaran-besaran itu adalah:
1.
Cost Variance(CV) = BCWP – ACWP
2.
Schedule Variance(SV) = BCWP – BCWS
3.
Time Variance (TV) = SD – BCSD
Terdapat ukuran yang bisa dipakai
untuk melihat performansi proyek, yaitu:
1.
Cost Performance Index(CPI = BCWP /
ACWP)
Indeks ini merupakan perbandingan antara
biaya yang dianggarkan dengan biaya aktual.
2.
Schedule Performance Index (SPI = BCWP /
BCWS)
Indeks ini merupakan perbandingan biaya
dari pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan biaya dari pekerjaan yang
dijadwalkan.
Bab 11
Pemilihan Proyek
Suatu
perusahaan mungkin mempunyai banyak pilihan proyek dalam waktu yang sama. Jika
proyek-proyek yang tersedia menjanjikan keuntungan bagi perusahaan, maka perlu
dilakukan pemilihan proyek yang paling menguntungkan baik dari segi finansial
atau aspek yang lain.Beberapa kriteria finansial yang bisa digunakan dalam
pemilihan proyek, antara lain:
1. Payback period (PP)
2. Return on investment (ROI)
3. Net present value (NPV)
4. Internal rate of return (IRR)
5. Break even analysis
Payback Period
Adalah periode waktu di mana
investasi yang dilakukan perusahaan sudah bisa pulih atau kembali melalui cash flow yang masuk ke perusahaan.
Dalam hal ini tidak diperhitungkan bunga atau inflasi.
Return on Investment
(ROI)
Return on Investment (ROI) adalah
rata-rata profit tahunan dibandingkan dengan jumlah yang diinvestasikan. Atau
Di mana rata-rata profit tahunan
didefinisikan sebagai total pendapatan - total pengeluaran.
Net Present value
(NPV)
Net Present value (NPV) adalah
nilai sekarang dari uang atau cash flow di masa mendatang dengan
mempertimbangkan faktor bunga atau interest rate. Dengan konsep ini, uang
100.000 sekarang lebih berharga daripada jumlah yang sama pada 5 tahun
mendatang.
Proyek dengan NPV yang tertinggi
adalah proyek yang paling sesuai. Proyek dengan NPV negatif adalah proyek yang
tidak mengungtungkan.
Internal Rate of
Return
IRR, dalam persen muncul ketika
NPV = 0. Berlaku aturan, IRR yang dihasilkan suatu proyek harus lebih besar
dari biaya dari sumberdaya.
Rumus untuk menentukan IRR sangat
kompleks, sebagai konsekuensinya maka cara yang paling sesuai untuk memperoleh
IRR adalah dengan merata-ratakan suatu financial
Calculator atau spreadsheet
dengan menggunakan fungsi IRR. Jika pilihan ini tidak tersedia, maka IRR dapat
dikembangkan melalui trial dan error dengan mendefinisikan NPV dari proyek,
menggunakan beragam suku bunga, hingga diperoleh hasil NPV nol (mendekati nol).
Analisa Biaya Breakeven
Kadang-kadang perusahaan
mengembangkan suatu proyek untuk memproduksi sebuah barang, tetapi perusahaan
tersebut mungkin saja tidak memiliki peralatan yang dibutuhkan untuk proses
produksi sehingga harus membeli atau menambahkan peralatan yang sesuai.
Perusahaan mungkin memiliki beberapa pilihan yaitu salah satu caranya adalah
menghitung break even. Break even
bisa diartikan sebagai suatu level produksi dimana modal yang dikeluarkan sudah
kembali.
1. Break Even
Rumus untuk mencari break even adalah :
Kontribusi per unit = harga
penjualan - biaya variabel per unit
2. Titik Alternasi / Swing Point
Swing rate:
ketika suatu jumlah tertentu dipesan, kedua pilihan di atas mungkin
menguntungkan, tapi ada satu pilihan yang lebih menguntungkan dibanding yang
lain.
Rumus untuk mencari Swing Point:
Weighted Scoring Evaluation Model
Model ini dapat digunakan untuk
membantu penilaian beberapa proyek yang berbeda dan menentukan proyek mana yang
harus dipilih. Pendekatan yang digunakan di sini bersifat non finansial.Pada
model ini terdapat beberapa tahap, yaitu:
1. Pendekatan
2. Memberi bobot faktor
3. Penilaian masing-masing proyek
4. Penilaian proyek
Pendekatan yang dipakai sebagai
berikut:
•
Mendefenisikan
faktor-faktor kesuksesan dalam seluruh proyek
•
Mengukur setiap
faktor dari kesuksesan
•
Menilai setiap proyek
terhadap faktor-faktor kesuksesan
•
Menerangkan hasil
akhir dari tiap proyek.
•
Mendefinisikan
Faktor-faktor Kesuksesan
Dimulai dengan menjelaskan
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kesuksesan suatu proyek.
Sebaiknya jangan membatasi hanya pada satu proyek, tapi harus dilihat hasil
akhir dari proyek-proyek secara keseluruhan yang dipunyai perusahaan.
Contoh-contoh faktor yang mempengaruhi kesuksesan perusahaan:
•
Maksimisasi
keuntungan
•
Pemanfaatan tenaga
kerja
•
Pemanfaatan
sumberdaya
•
Peningkatan pangsa
pasar
•
Kemampuan untuk
memasuki pasar baru
•
Pengembangan image perusahaan
•
Kepuasan dari
pemegang saham
•
Tingkat kepastian
•
Kesesuaian dengan
kebutuhan dan kemampuan perusahaan
•
Kemudahan dalam
mencapai hasil
Bab 12
Mengelola Konkrit Dalam Proyek
Dalam
pelaksanaan proyek sesuai dengan karakteristiknya, sangat berpotensi munculnya
konflik baik antara orang, antara departemenatau anatara tim proyek dengan
user. Dengan demikian tidaklah menyimpang jika dalam pembahasan manajemen
proyek dimasukkan pembahasan tentang manajemen konflik ini.Seorang manajer
proyek harus menaruh perhatian terhadap masalah ini.
Konflik
yang dikelola secara benar bisa membawa dampak positif bagi organisasi maupun
individu dalam organisasi. Dampak-dampak positif yang bisa muncul antara lain:
1
. Bisa menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik
2.
Memacu orang untuk mencari dan menemukan pendekatanpendekatan baru dalam
menyelesaikan masalah
3.
Memunculkan masalah lama ke permukaan dan kesepakatan tentang adanya masalah
tersebut
4.
Memacu orang untuk menjelaskan pandangannya
5.
Menyebabkan tekanan yang akan menstimulasi perhatian dan kreativitas seseorang
6. Memberikan kesempatan kepada
seseorang untuk menguji kapasitas kemampuannya.
Sumber-sumber
penyebab konflik yang sering muncul dalm pelaksanaan proyek antara lain:
1
. Penjadwalan proyek
2.
Prioritas proyek
3.
Alokasi tenaga kerja
4.
Masalah teknis dan trade off hasil fisik
5.
Prosedur administrasi
6.
Perbedaan inter personal
7.
Biaya
8.
Peralatan dan fasilitas ditemukan tiga penyebab utama konflik.
ada
beberapa metode untuk mengurangi atau memecahkan konflik, yaitu :
1. Konfontrasi
Yakni menghadapi masalah konflik secara
langsung.Ini dilakukan dengan mengenali masalah dan potensi masalah untuk
kemudian dihadapi secara langsung Pemecahan Konflik.langkah-langkah yang bisa
dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi konflik dalam proyek. Konfrontasi cocok untuk situasi di
mana:
•
Kedua belah pihak ingin menang
•
Ingin menurunkan biaya
•
Ada cukup waktu
•
Saling percaya
2.
Kompromi
Dengan kompromi diharapkan semua pihak akan
mendapat tingkat kepuasan tertentu. Kompromi biasanya adalah hasil dari
konfrontasi. Dalam hal ini diperlukan kerelaan semua pihak untuk menerima
pendapat pihak lain. Pada tingkat ekstrim semua pihak mungkin merasa
mendapatkan kerugian yang lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh
pihaknya, sehingga pemecahan ini tidak harus optimal untuk kepentingan
proyek.Kompromi cocok untuk situasi di mana:
•
Kedua belah pihak ingin menang
•
Tidak ada cukup waktu
•
Anda ingin menjaga hubungan baik pihak-pihak yang terlibat konflik
•
Anda tidak mendapat apa-apa jika tidak kompromi
•
Pihak lain sekuat Anda posisinya
•
Kita tidak yakin kalau kita benar
3.Mengurangi
tingkat kepentingan ketidaksepakatan (menganggap tidak ada konflik)/akomodasi
Cara ini
dilakukan dengan menganggap ketidaksepakatan yang terjadi tidak pernah ada,
berusaha untuk mengecilkan perbedaan yang ada dan menekankan kepentingan yang
sama, sebelum ketidaksepakatan ini keluar dari proporsi yang seharusnya. Cara
ini harus menyelesaikan konflik tetapi tetap berusaha meyakinkan dua pihak yang
berkonflik untuk tetap berunding karena mungkin akan ada solusi. Cara ini sesuai untuk situasi di
mana:
•
Tujuan yang dicapai sangat sulit
•
Untuk menciptakan kewajiban tawar-menawar di waktu mendatang
•
Sembarang solusi sudah cukup
•
Anda ingin keharmonisan
•
Menciptakan good will.
•
Jika kita akan kalah
•
Taruhannya kecil
4.
Menggunakan kekuasaan (Forcing)
Cara pengatasan konflik dengan menggunakan
kekuasaan sehingga terjadi kondisi menang-kalah. Cara ini ditempuh jika sua tu
pihak ingin memaksakan solusi kepada pihak lain. Forcing sesuai untuk situasi
dimana:
•
Situasi "do or die"
•
Anda benar
•
Taruhannya besar
•
Prinsip yang penting menjadi taruhan
•
Hubungan baik pihak yang terlibat konflik tidak penting
•
Keputusan harus dibuat cepat
•
Anda lebih kuat posisinya
5.
Menghindar (Withdrawing)
Cara ini sering dianggap sebagai solusi
sementara untuk sebuah persoalan konflik.Masalah yang ada bisa datang lagi dan
konflik bisa muncul lagi. Ada yang beranggapan ini sebagai cara yang kurang
jantan dan ketidakmauan menghadapi situasi. Cara ini sesuai untuk situasi di
mana:
·
Anda ingin menjaga reputasi
atau netralitas
·
Anda pikir masalahnya akan
menghilang sendiri
·
Anda bisa menang dengan menunda
·
Anda tidak bisa menang
·
Jika taruhannya rendah
·
Jika taruhan tinggi tapi kita
belum siap
Mengelola Konflik
Teori Ekspektasi tentang Konflik
Jika
dua orang tidak sependapat untuk suatu hal maka itu sering disebut dengan ada
konflik personal. Perbedaan bisa saja didasari karena perbedaan latar belakang,
sifat, nilai-nilai, dan pengalaman.Dyer mengusulkan suatu langkah untuk
mengatasi konflik personal ini dengan apa yang disebut violation of expectation. Jika seseorang melanggar harapan orang
lain, berarti telah terjadi reaksi yang negatif.
Metode Kelompok Untuk
Menyelesaikan Konflik
Metode-metode
penyelesaian konflik dalam kelompok adalah:
Teknik Memperjelas Peran
Tujuan
dari teknik ini adalah agar setiap orang mengetahui posisi dan tanggungjawabnya
masing-masing, dapat mengerti posisi dan tanggungjawab orang lain serta apa
yang diharapkan orang lain darinya.
Memperjelas Peran-peran Untuk Tim
Pada
awal pertemuan perlu dijelaskan agar setiap orang dalam tim memberikan jawaban
yang jujur, mengeluarkan uneg-unegnya dan diharapkan semua akan setuju dengan
penjelasan ini.
Memperjelas Peran Setiap Orang
Kegiatan bisa dimulai dengan satu orang tertentu (misalkan A) untuk
menyatakan dalam bentuk tulisan tentang siapa saja yang mempunyai hubungan
kerja dengannya dan mengharap perilaku tertentu terhadapnya dalam hubungan
kerja. Setelah itu
orang ini (A) dan orang yang disebutkannya perlu mengadakan suatu pertemuan
untuk membahas mengenai apa saja yang diharapkan orang-orang ini dari si A.
Resolusi Konflik dalam Kelompok
Jika beberapa kelompok terlibat konflik
karena harapan yang berbeda maka ada cara tersendiri yang diusulkan Dyer.
Pertama, setiap kelompok yang menyiapkan daftar pertanyaan mengenai apa yang
dibutuhkannya dari kelompok lain. Kelompok-kelompok tersebut selanjutnya saling
tukar menukar daftar yang sudah dibuatnya. Dilakukan tawar menawar antar
kelompok tersebut untuk mencapai kesepakatan tentang apa yang harus dilakukan
oleh setiap kelompok. Agar setiap kelompok tetap punya komitmen terhadap hasil
kesepakatan, sebaiknya hasilnya dibuat tertulis.
Bab 13
Manajemen Proyek Dan Risiko
Biasanya manajemen proyek berkonsentrasi pada
masalah jadwal dan biaya.Bagaimana melaksanakan proyek sesuai jadwal dan biaya
yang direncanakan adalah fokus dari manajemen proyek.Manajemen Risiko pada
proyek meliputi langkah memahami & mengidentifikasi masalah potensial yang
mungkin terjadi, mengevaluasi bagaimana risiko ini mempengaruhi keberhasilan
proyek, monitoring dan penanganan risiko. Manajemen Risiko yang proaktif akan
mengurangi jumlah masalah, memperbaiki keberhasilan pelaksanaan proyek. Dalam
bab ini kita akan membahas subtopik berikut :
1.
Risiko
2.
Definisi Manajemen Risiko
3.
Toleransi Terhadap Risiko
4.
Proses Manajemen Risiko
Risiko
Risiko merupakan kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dan konsekuensi
dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari
satu konsekuensi untuk satu kejadian, dan konsekuensi bisa merupakan hal yang
positif maupun negatif.
Probabilitas
terjadinya risiko sering disebut dengan risk
likelihood, sedangkan dampak yang akan terjadi jika risiko tersebut terjadi
dikenal dengan risk impact dan
tingkat kepentingan risiko disebut dengan risk
value atau risk exposure.
Jenis-jenis risiko antara lain:
1.
Risiko operasional
Kejadian risiko yang berhubungan dengan
operasional organisasi mencakup risiko yang berhubungan dengan sistem
organisasi, proses kerja, teknologi dan sumber daya manusia.
2.
Risiko Finansial
Risiko yang berdampak pada kinerja
keuangan organisasi seperti kejadian risiko akibat dari fluktuasi mata uang,
tingkat suku bunga termasuk risiko pemberian kredit, likuiditas dan pasar.
3.
Hazard Risk
Risiko yang berhubungan dengan kecelakaan
fisik seperti kejadian atau kerusakan yang menimpa harta perusahaan dan adanya
ancaman perusahaan.
4.
Strategic Risk
Risiko yang berhubungan dengan strategi perusahaan,
politik, ekonomi, peraturan dan perundangan. Risiko yang berkaitan dengan
reputasi organisasi kepemimpinan dan termasuk perubahan keinginan pelanggan.
Manajemen Risiko
Manajemen
Risiko pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat,
teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola
risiko secara lebih transparan.
Tujuan manajemen risiko adalah
mencegah atau meminimisasi pengaruh yang tidak baik akibat kejadian yang tidak
terduga melalui menghindari risiko atau mempersiapkan rencana kontingensi yang
berkaitan dengan risiko tersebut.
Definisi Manajemen Risiko
Risiko
proyek (project risk) adalah suatu peristiwa (event) atau kondisi yang tidak
pasti (uncertaint), jika terjadi mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada
tujuan proyek.
Dalam manajemen proyek, yang
dimaksud dengan manajemen risikoproyek adalah seni dan ilmu untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon risiko selama umur proyek dan
tetap menjamin tercapainya tujuan proyek.
Ada tiga kunci yang perlu
diperhatikan dalam manajemen risiko agar bisa efektif :
1.
Identifikasi, analisis dan
penilaian risiko pada awal proyek secara sistematis dan mengembangkan rencana
untuk menanganinya.
2.
Mengalokasikan tanggungjawab
kepada pihak yang paling sesuai untuk mengelola risiko.
3.
Memastikan bahwa biaya
penanganan risiko cukup kecil dibanding dengan nilai proyeknya.
Toleransi Terhadap Risiko
Setidaknya
ada 3 tipe bagaimana individu atau kelompok dalam menghadapi risiko, yaitu
penghindar risiko (risk avoider),
netral dan pencari risiko (risk seeker).
Kepastian, Risiko dan Ketidakpastian
Pengambilan
keputusan secara umum bisa masuk ke dalam tiga kategori. Yaitu, dalam keadaan
pasti (certain), di bawah risiko (underrisk), dan dalam keadaan tidak
pasti (uncertaint).
Kepastian
Dalam keadaan pasti, maka selalu
ada strategi yang dominan dibanding strategi yang lain.
Risiko
Pengambilan keputusan dalam
keadaan di bawah risiko (under risk),
perlu menghitung kemungkinan laba dari nilai ekspektasi total dari setiap
strategi.
Ketidakpastian
Dalam ketidakpastian, tidak ada
nilai peluang yang diketahui untuk masing-masing kondisi pasar. Ada 3 kriteria
untuk memilih strategi terbaik dalam kondisi seperti ini:
1)
Hurwicz atau maximax, memaksimasi profit
yang maksimum. Ini adalah pilihan untuk para penganut risk taker/seeker.
2)
Wald, minimax, yaitu meminimasi profit
yang maksimum
3)
Savage, atau maximin, yaitu berusaha
meminimumkan regret (penyesalan) dari
alternatif yang ada.
Proses Manajemen Risiko
Proses yang dilalui dalam
manajemen risiko adalah:
1)
Perencanaan manajemen Risiko
2)
Identifikasi Risiko
3)
Analaisis risiko Kualitatif
4)
Analisis risiko kuantitatif
5)
Perencanaan respon risiko
6)
Pengendalian dan monitoring
risiko
Perencanaan manajemen risiko (Risk management planning)
Perencanan
meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan aktifitas
manajemen risiko untuk proyek. Dengan melihat lingkup proyek, rencana manajemen
proyek dan faktor lingkungan perusahaan, tim proyek bisa mendiskusikan dan
menganalisis aktifitas manajemen risiko untuk proyek-proyek tertentu. Hasil
dari proses ini adalah rencana manajemen risiko (risk mangement plan).
Yang diperlukan untuk membuat
perencanaan ini:
1)
Project charter
2)
Kebijakan manajemen risiko
organisasi
3)
Susunan peran dan tanggungjawab
4)
Toleransi stakeholder terhadap
risiko
5)
Template untuk rencana
manajemen risiko organisasi
6)
Work Breakdown Structure (WBS)
Hal-hal yang tercakup dalam Risk
management plan adalah:
1)
Metodologi. Mendefinisikan
alat, pendekatan dan sumber data yang mungkin digunakan dalam manajemen risiko
proyek tertentu.
2)
Peran dan tanggungjawab.
Definisikan tanggungjawab dan peran utama, pendukung dan keanggotaan tim
manajemen risiko untuk setiap tindakan dalam risk management plan.
3)
Budget. Berisi rencana anggaran
untuk manajemen risiko proyek
4)
Waktu. Berisi rencana waktu
pelaksanaan proses manajemen risiko akan dilakukan selama siklus hidup proyek.
5)
Scoring dan interpretasi.
Metode scoring dan interpretasi yang sesuai untuk tipe dan dan waktu untuk
analisis risiko kualitatif dan kuantitatif yang akan dilakukan.
Identifikasi Risiko
Identifikasi bisa dilakukan dengan
melihat asal dan problemnya:
1.
Analisis sumber, sumber bisa
berasal dari internal atau eksternal dari sistem yang menjadi target dari
manajemen risiko.
2.
Analisis Problem, Risiko
berhubungan dengan kekhawatiran.
Metode Identifikasi risiko yang
umum adalah:
1.
Identifikasi Risiko berdasarkan
Tujuan
2.
Identifikasi Risiko berdasarkan
Skenario
3.
Identifikasi risiko berdasarkan
Taksonomi
4.
Common-risk checking
Teknik
pengumpulan Informasi:
1) Brainstonning,
2) Interviewing
3) Delphi Technique
4) Checklist
Komentar
Posting Komentar