Langsung ke konten utama

REVIEW BUKU MANAJEMEN PROYEK DAN RISIKO



Bab 1
Konsep dan Pengertian


Manajemen Proyek merupakan keharusan. Pekerjaan pekerjaan tertentu akan lebih efisien dan efektif jika dikelola dalam kerangka proyek dan bukan diperlakukan sebagai pekerjaan biasa.

Contoh pekerjaan proyek yang lain adalah pembuatan suatu corporate plan.  Yaitu rencana strategis untuk jangka lima tahun ke depan. Dengan bantuan konsultan, akan diberi batasan waktu, biaya, dan lingkup pekerjaan tertentu yang harus diselesaikan.

Proyek didefiniskan sebagai sebuah rangkaian aktifitas unik yang saling terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam periode waktu tertentu pula (Chase et al., 1998). Menurut PMBOK Guide(2004) sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik penting yang terkandung di dalamnya yaitu :
Sementara (temporary) berarti setiap proyek selalu memiliki jadwal yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap proyek itu tidak ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan.
Unik artinya bahwa setiap proyek menghasilkan suatu produk,solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda satu dan lainnya.
Progressive elaboration adalah karakteristik proyek yang berhubungandengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik. Setiap proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus berkembang dan berlanjut sampai proyek berakhir. Setiap langkah semakin memperjelas tujuan proyek.

Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek. Dalam pelaksanaannya, setiap proyek selaludibatasi oleh kendala-kendala yang sifatnya saling mempengaruhi danbiasa disebut sebagai segitiga project constraint, yaitu lingkup pekerjaan(scope), waktu dan biaya.

Di sini juga bisa dikemukakan bahwa dalam pelaksanaan pr oyek ada tawar-menawar (trade off) antara berbagai pembatas. Jika kualitas hasil ingin dinaikkan, akan membawa konsekuansi kenaikan biaya dan waktu. Sebaliknya, jika biaya ditekan agar lebih murah dengan waktu pelaksanaan tetap sama, maka konsekuensinya, kualitas bisa turun.
Macam-macam Proyek:
1.      Proyek Konstruksi
Proyek ini biasanya berupa pekerjaan membangun atau membuat produk fisik. Sebagai contoh adalah proyek pembangunan jalan raya, jembatan atau pembuatan boiler.

2.      Proyek Penelitian dan Pengembangan
Proyek ini bisa berupa penemuan produk baru, temuan alat baru, atau penelitian mengenai ditemu kannya bibit unggul untuk suatu tanaman. Proyek ini bisa muncul di lembaga komersial maupun pemerintah. Setelah suatu produk baru ditem kan atau dibuat biasanya a kan disusul pembuatan secara massal untuk di komersialisasi kan.

3.      Proyek yang berhubungan dengan manajemen jasa
Proyek ini sering muncul dalam perusahaan maupun instansi pemerintah. Proyek ini bisa berupa:
• Perancangan struktur organisasi
• Pembuatan sistem informasi manajemen
• Pening katan produktivitas perusahaan
• Pemberian training

Keberhasilan Manajemen Proyek Manajemen
Proyek dianggap sukses jika bisa mencapai tujuan yang diinginkan dengan memenuhi syarat berikut  :
• Dalam waktu yang dialokasikan
• Dalam biaya yang dianggarkan
• Pada per formansi atau spesi fikasi yang ditentukan
• Diterima kustomer
• Dengan pe rubahan lingkup pekerjaan minimum yang disetujui
• Tanpa mengganggu aliran pekerjaan utama organisasi
• Tanpa merubah budaya (positif) perusahaan
           






























Bab 2
Siklus Hidup Proyek



Secara ringkas siklus hidup produk ini bisa diberikan sebagai berikut :
1.      Riset dan Pengembangan (R&D)
Tahap penelitian pasar akan produk yang diinginkan pasar, pembuatan model dan desain, pembuatan produk.
2.      Pengenalan ke Pasar
Mulai dilempar ke pasar, melihat bagaimana tanggapan pasar terhadap produk baru yang dimunculkan.
3.      Tumbuh
Tahap di mana produk mulai mendapatkan pembelian secara meningkat dari konsumen.
4.      Matang
Tahap ini ditandai jumlah penjualan yang sudah mencapai maksimum dan sulit untuk dinaikkan lagi.
5.      Penurunan
Setelah tahap matang berakhir, maka penjualan produk biasanya akan mengalami penurunan (deteriorasi).
6.      Mati
Tahapan terakhir adalah ketika produk tidak lagi dibeli oleh konsumen. Siklus hidup produk akan berakhir, tidak diproduksi lagi.

Secara garis besar, tahap-tahap proyek bisa dibagi menjadi:
1)      Tahap Konsepsi
2)      Tahap Perencanaan
3)      Tahap Eksekusi
4)      Tahap Operasi

Konsepsi
Bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.      Inisiasi Proyek
Inisiasi adalah titik dimana suatu ide tentang proyek lahir. Proyek dimulai dengan ditemukannya suatu masalah, kesempatan atau kebutuhan oleh user. Dengan kata lain bila user menemukan ide.

2.      Kelayakan Proyek
Kelayakan adalah proses investigasi terhadap masalah dan mengembangkan solusi secara lebih detail apakah penyelesaian masalah itu cukup menguntungkan secara ekonomis dan bermanfaat.

Tahap Perencanaan
Tahap ini meliputi kegiatan: penyiapan rencana proyek secara detail dan penentuanspesifikasi proyek secara rinci.
Isi rencana proyek terdiri dari:
1)      Jadwal pekerjaan
2)      Anggaran dan sistem pengendalian biaya
3)      Work Breakdown Structure secara rinci
4)      Bagian-bagian yang berisiko tinggi dan cukup sulit dan rencana tentang pengatasan kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul.
5)      Rencana sumberdaya manusia dan pemakaian sumberdaya lain.
6)      Rencana pengujian hasil proyek
7)      Rencana dokumentasi
8)      Rencana peninjauan pekerjaan
9)      Rencana pelaksanaan hasil proyek

Penentuan spesifikasi produk yang dibuat dalam proyek ini ada duamacam, yaitu:kebutuhan user dan kebutuhan proyek.

Tahap Eksekusi
Pada tahap ini campur tangan user sudah sangat kecil, porsi pengambilan keputusan lebih banyak di tangan pelaksana proyek.
Tahap-tahap dalam eksekusi ini adalah:
1)      Desain
Dalam tahap ini spesifikasi akan diterjemahkan dalam gambar, maket, diagram atau skema.
2)      Pengadaan
Dalam tahap ini dilakukan pengadaan fasilitas-fasilitas pendukung maupun material untuk tahap selanjutnya.
3)      Produksi
Setelah fasilitas dan bahan pendukung diadakan dan tersedia, bisa dilakukan pelaksanaan produksi.
4)      Implementasi
Jika produksi telah dilakukan, hasil siap diserahkan kepada user untuk diuji apakah cocok dengan kebutuhannya.

Tahap Operasi
Keterlibatan kontraktor dianggap telah selesai lalu user mulai mengoperasikan hasil proyek tersebut. Bisa juga keterlibatan kontraktor masih berlangsung dalam rangka evaluasi sistem atau produk yang dibuat dan pemeliharaannya.Setelah sistem berjalan untuk beberapa waktubisa jadi sistem itu menuntut perubahan karena adanya perubahan lingkunganatauperkembangan teknologi.Jika user menghendaki perubahan maka perbaikan sistem menjadi proyek baru yang akan mengikuti siklusmulai dari awal lagi.













Bab 3
Organisasi Proyek

Suatu perusahaan jika berhasil maka cenderung berkembang, menambah sumberdaya dan orang, lalu mengembangkan struktur organisasinya. Secara umum terdapat beberapa dasar penyusunan struktur organisasi, yakni:Berdasarkan produk; Berdasarkan lokasi; Berdasarkan proses; Berdasarkan pelanggan; dan Berdasarkan Fungsi.


Secara umum terdapat beberapa dasar penyusunan struktur
organisasi, yakni:
Berdasar produk
Misalkan perusahaan General mempunyai pembagian organisasi berdasar kan produknya sehingga perlu dibentuk beberapa divisi seperti General Motor, General Food dan General electric.

Berdasar lokasi
Beberapa perusahaan BUMN  membagi  organisasinya  berdasar kan wilayah regional seperti Telkom Devisi Regional Jawa Timur atau Nokia untukwilayah Asia dan lain-lain.

Berdasar proses
Beberapa perusahaan mungkin membagi organisasinya berdasar kan proses pembuatan produk. Misalnya organisasi dibagi menjadi departemen pengecoran, pengelasan dan finishing.

Berdasar pelanggan
Misalkan perusahaan Nestle membagi divisi produksi  susu  bayi dan susu dewasa untuk melayani pelanggan anak-anak dan dewasa.

Berdasarkan Fungsi
Perusahaan membagi organisasinya berdasarkan fungsi- fungsi seperti keuangan, personalia, produksi dan lain-lain.

Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional membagi departemennya berdasarkan fungsi-fungsi yang dilakukan bagian yang ada. Di sini kita mengenal fungsi pemasaran, fungsi personalia, fungsi produksi, fungsi keuangan dan sebagainya, bergantung pada kebutuhan perusahaan untuk menangani pekerjaannya.

Keuntungan Organisasi Fungsional:
1.      Adanya fleksibilitas yang tinggi dalam penggunaan staf / karyawan.
2.      Orang-orang dengan keahlian tertentu bisa ditugaskan dibanyak proyek yang berbeda.
3.      Orang-orang dengan keahlian yang berbeda dapat dikelompokkan dalam satu grup untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
4.      Divisi fungsional yang bersangkutan bisa jadi basis bagi kelangsungan teknologi bila para personel keluar dari proyek atau organisasi induk.
5.      Divisi fungsional mempunyai jalur-jalur karir bagi mereka yang mempunyai keahlian tertentu.

Kekurangan Organisasi Fungsional:
1.      Klien tidak menjadi perhatian utama dari aktivitas yang dilakukanorang-orang yang terlibat proyek.
2.      Divisi fungsional cenderung berorientasi pada aktivitas-aktivitas khusus yang sesuai dengan fungsinya.
3.      Kadang-kadang dalam proyek yang diorganisasi secara fungsional ini tidak ada individu yang diberi tanggung jawab penuh untuk mengurus proyek.
4.      Motivasi orang yang ditugaskan ke proyek cenderung lemah.
5.      Penyusunan organisasi seperti ini tidak memberikan pendekatan yang holistik terhadap proyek.

Organisasi Proyek Murni
Proyek terpisah dari organisasi induk. Ia menjadi organisasi tersendiri dalam staf teknistersendiri, administrasi yang terpisah, dan ikatan dengan organisasi induk berupa laporan kemajuan atau kegagalan secara periodik mengenai proyek.

Kelebihan Organisasi Proyek Murni:
1.      Manajer proyek mempunyai wewenang penuh untuk mengelola proyek.
2.      Semua anggota tim proyek secara langsung bertanggung jawab terhadap manajer proyek.
3.      Rantai komunikasi menjadi pendek, yakni antara manajer proyek dengan eksekutif secara langsung.
4.      Bila ada proyek yang sejenis berturut-turut, organisasi bisa memanfaatkan para ahli yang sama sekaligus melakukan kaderisasi dalam penguasaan teknologi tertentu.
5.      Karena kewenangan terpusat, kemampuan untuk membuat keputusan bisa cepat dilakukan.
6.      Adanya kesatuan komando.
7.      Bentuk ini cukup simpel sehingga mudah dilaksanakan.
8.      Adanya dukungan secara menyeluruh terhadap proyek.

Kekurangan Organisasi Proyek Murni:
1.      Bila organisasi induk mempunyai banyak proyek yang harus dikerjakan, biasanya setiap proyek akan mengusahakan sendiri sumberdaya, sehingga terjadi duplikasi usaha dan fasilitas.
2.      Struktur ini akan menambah biaya yang cukup mahal bagi organisasi induk, karena biasanya akan berdiri sendiri dengan staf yang penuh.
3.      Seringkali manajer proyek menumpuk sumberdaya secara berlebihan untuk mendapatkan dukungan teknis dan teknologi sewaktu-waktu diperlukan.
4.      Bila proyek selesai akan terjadi masalah tentang bagaimana nasib pekerja proyek yang ada.
5.      Ketidak konsistenan prosedur bisa sering terjadi dengan memakai alasan " memenuhi permintaan klien".

Organisasi Matriks
Dalam rangka menggabungkan kelebihan-kelebihan yang dipunyaiorganisasi fungsional dan organisasi proyek murni dan menghindarkan kekurangan-kekurangan yang ada, maka dikembangkan bentuk organisasi yang dikenal dengan organisasi matriks. Organisasi matriks adalah organisasi proyek murni yang melekat pada divisi fungsional pada organisasi induk.

Kelebihan Organisasi Matriks:
1.      Proyek mendapatkan perhatian secukupnya.
2.      Karena organisasi matriks melekat pada unit fungsional organisasi induk maka mudah untuk mendapatkan orang potensial yang dibutuhkan dari setiap unit fungsional.
3.      Tidak ada masalah yang berat yang akan menyusul berkenaan dengan nasib pekerja proyek jika suatu proyek selesai.
4.      Tanggapan terhadap keinginan yang diminta oleh klien bisa cepat diberikan seperti dalam organisasi proyek murni.
5.      Dengan manajemen matrik proyek akan mempunyai akses perwakilan dari divisi administrasi perusahaan induk, sehingga konsistensinya dengan kebijaksanaan, prosedur dari perusahaan induk tetap terjaga.
6.      Bila ada beberapa proyek yang bersamaan, organisasi matrik memungkinkan distribusi sumberdaya yang lebih seimbang untuk mencapai berbagai target dari beberapa proyek yang berbeda-beda.
7.      Pendekatan holistik terhadap kebutuhan organisasi secara menyeluruh ini memungkinkan proyek dijadwalkan dan diberi porsi personel untuk mengoptimalkan performansi organisasi secara menyeluruh dan tidak hanya mengutamakan keberhasilan suatu proyek dengan mengorbankan proyek yang lain.

Kekurangan Organisasi Matriks:
1.      Dalam organisasi proyek murni jelas bahwa Manajer Proyek adalah sentral pengambilan keputusan yang berhubungan dengan proyek.
2.      Dalam organisasi matrik terdapat kekuatan yang seimbang antara manajer fungsional dan manajer proyek, sehingga bila terdapat perintah dari dua manajer ada keraguan perintahmanajer mana yang harus dipenuhi dahulu, pekerjaan proyek bisa jadi terbengkalai.
3.      Perpindahan sumberdaya dari satu proyek ke proyek lain dalam rangka memenuhi jadwal proyek bisa meningkatkan persaingan antar manajer proyek.
4.      Manajemen Matrik melanggar prinsip utama dari manajemen yaknikesatuan komando (unity of command).


















Bab 5
Perencanaan Proyek

Penentuan apa yang akan dikerjakan ini merupakan fungsi dari perencanaan (planning). Sedangkan tindakanmemastikan bahwa rencana dikerjakan dengan benar merupakan fungsi pengendalian (control).

Alasan-alasan berikut mendasari perlunya perencanaan:
·         Untuk menghilangkan atau mengurangi ketidakpastian
·         Untuk memperbaiki efisiensi operasi
·         Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang tujuanProyek
·         Untuk memberikan dasar bagipengendalian pekerjaan monitoring dan pengendalian

Tahap-tahap Perencanaan Proyek
Tahap-tahap perencanaan proyek meliputi:
1.      Penentuan tujuan proyek dan kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini perlu ditentukan hasil akhir proyek, waktu, biaya dan performansi yang ditargetkan.
2.      Pekerjaan-pekerjaan apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan proyek haruslah diuraikan dan didaftar.
3.      Organisasi proyek dirancang untuk menentukan departemen-departemen yang ada, subkontraktor yang diperlukan dan manajer-manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pekerjaan yang ada.
4.      Jadwal untuk setiap aktivitas pekerjaan dibuat, yang memperlihatkan waktu tiap aktivitas, waktu mulai dan batas selesai serta milestone.
5.      Sebuah rencana anggaran dan sumberdaya yang dibutuhkan dipersiapkan.
6.      Estimasi mengenai waktu, biaya dan performansi penyelesaian proyek.

Permasalahan-permasalahan biasanya akan muncul dalam tahapperencanaan ini, yaitu antara lain:
·         Tujuan dan sasaran proyek tidak bisa disetujui oleh semua pihak.
·         Tujuan proyek terlalu kaku sehingga kurang bisa mengakomodasi perubahan-perubahan.
·         Tidak cukup untuk menentukan tujuan secara baik.
·         Tujuan tidak cukup terkuantifikasi atau terukur.

Rencana Induk Proyek
Rencana induk proyek berisi:
1.      Deskripsi Proyek
Bagian ini berisi deskripsi singkat mengenai asal-usul dan latar belakang lahirnyaproyek.
2.      Manajemen dan Organisasi
Bagian ini berisi ringkasan mengenai organisasi dan personel yang dibutuhkan. Isinya meliputi: Manajemen proyek dan organisasi; Kebutuhan orang; Training dan pengembangan.
3.      Bagian Teknis
Ringkasan mengenai aktivitas utama proyek, waktu dan biaya. Termasuk dalam bagian ini adalah: Rincian pekerjaan (statement of work); Jadwal proyek; Anggaran dan dukungan keuangan; Testing; Dokumentasi; Implementasi; Rencana peninjauan pekerjaan; dan Justifikasi ekonomi.

Banyak metode yang digunakan dalam perencanaan, beberapa diantaranya adalah:
1.      Work Breakdown Structure (WBS)
WBS adalah kegiatan menguraikan pekerjaan proyek menjadi pekerjaan-pekerjaan kecil yang secara operasional mudah dilaksanakan serta mudah diestimasi biaya dan waktu pelaksanaannya.
2.      Matriks tanggungjawab
Digunakan untuk menentukan organisasi proyek, orang-orang kunci, dan tanggungjawabnya.
3.      Gantt Charts
Digunakan untuk menunjukkan jadwal induk proyek, dan jadwal pekerjaan secara detail.
4.      Jaringan kerja (network)
Digunakan untuk memperlihatkan urutan pekerjaan, kapan dimulai, kapan selesai, dan kapan proyek secara keseluruhan selesai.

Pendefinisian Pekerjaan
Tujuan proyek perlu diterjemahkan secara lebih operasional, sehingga memungkinkan untuk menentukan elemen-elemen pekerjaan secara detail untuk mencapai tujuan tersebut. Perlu didefinisikan pekerjaan-pekerjaan yang ada dan bagaimana hubungan antar pekerjaan itu.

Work Breakdown Structure
WBS mempunyai kegunaan yang besar dalam perencanaan danpengendalian proyek. Setidaknya ada tiga manfaat utama:
1.      Selama analisis WBS, manajer fungsional dan personel lain yang akan mengerjakannya diidentifikasikan sekaligus terlibat.
2.      WBS akan menjadi dasar penganggaran dan penjadwalan.
3.      WBS menjadi alat kontrol pelaksanaan proyek.

Sesudah proyek dipecah-pecah dalam paket pekerjaan yang operasional, perlu ditentukan unit organisasi mana yang bertanggungjawab terhadap pekerjaan tersebut. Untuk itu perlu dibuat integrasi antara WBS dan organisasi proyek.

Matriks Tanggung jawab
Di sini diperlihatkan hubungan antara pekerjaan dan orang yang bertanggungjawab langsung terhadap pekerjaan tersebut.

Kolom matriks menunjukkan orang yang bertanggungjawab dan dari bagian apa dalam organisasi proyek, sedangkan baris matriks menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam proyek.

Dengan matriks ini lebih mudah dilihat apakah masih ada pekerjaan yang terlewati (tanpa penanggung jawab).Selain itu, juga bisa digunakan untuk proses pengendalian.






Bab 6
Penjadwalan Proyek

Setelah pekerjaan proyek dipecah-pecah menjadi paket-paket pekerjaan, selanjutnya dapat dibuat penjadwalannya.Yang perlu dijadwalkan adalah paket pekerjaan atau aktivitas. Sedangkan kejadian (events) dan milestone hanyalah akibat dari selesainya aktivitas. Milestone digunakan untuk menandai telah selesainya beberapa aktivitas yang kritis dan sulit.Jadwal dari aktivitas besar ini sering disebut Jadwal Induk Proyek.

Diagram Perencanaan Dan Penjadwalan
Yang pertama dikembangkan dalam perencanaan dan penjadwalan adalah Gantt Charts. Nama ini mengacu pada penemunya Henry L. Gantt, seorang konsultan manajemen terkenal. Apa yang diperlihatkan dalam Gantt Charts adalah hubungan antara aktivitas dan waktu pengerjaannya. Disini bisa juga dilihat aktivitas mana yang harus mulai dulu dan aktivitas mana yang menyusulnya. Gantt Charts dibuat menyusul selesainya WBS.
Gambar diatas memperlihatkan Gantt Charts dari suatu proyek Perancangan dan Implementasi Statistical Process Control (SPC) di suatu perusahaan manufaktur. Gantt Charts tidak bisa secara eksplisit menunjukan keterkaitan antar aktivitas dan bagaimana satu aktivitas berakibat pada aktivitas lain bila waktunya terlambat atau dipercepat,sehingga perlu dilakukan modofikasi terhadap Gantt Chart. Untuk dikembangkan teknik baru yang bisa mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada Gantt Chart. Cara baru itu dikenal sebagai jaringan kerja atau Network. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jaringan kerja adalah:
1 . Macam-macam aktivitas yang ada.
2. Ketergantungan an tar aktivitas, mana yang lebih dahulu d iselcsaikan mana yang menyusul.
3. Urutan logis dari masing-masing aktivitas
4. Waktu penyelesaian tiap aktivitas.
Ada dua pendekatan dalam hal menggarnbarkan diagram jaringan kerja, yang pertama, kegiatan digambarkan dengan simpul (node), Activity On Node (AON). Sedangkan peristiwa atau event, diwakili oleh anak panah. Yang kedua aktivitas digambarkan dengan anak panah, Activity On Arch (AOA).

Project Evaluation and Review Technique (PERT)
Metode ini pertama kali digunakan dalam proyek Sistem Rudal Polaris di Angkatan Laut Amerika Serikat. Proyek ini penuh ketidakpastian dalam hal waktu kegiatan. PERT adalah salah satu metode yang menggunakan jaringan kerja (network), di samping CPM(Critical Path Method) .
PERT digunakan untuk proyek-proyek yang baru dilaksanakan untuk pertama kali, di mana estimasi waktu lebih ditekankan dari pada biayanya. Ciri utama PERT adalah adanya tiga perkiraan waktu: waktu pesimis (b), waktu paling mungkin (m), dan waktu optimis (a). Ketiga waktu perkiraan itu selanjutnya digunakan untuk menghitung waktu yang diharapkan (expected time).
Waktu optimis, a, adalah waktu minimum dari suatu kegiatan, dimana segala sesuatu akan berjalan baik, sangat kecil kemungkinan kegiatan selesai sebelum waktu ini. Waktu paling mungkin, m, adalah waktu normal untuk menyelesaikan kegiatan. Waktu ini paling sering terjadi seandainya kegiatannya bisa diulang.
Sedangkan waktu pesimis, b, adalah waktu maksimal yang diperlukan suatu kegiatan, situasi ini terjadi bila nasib buruk terjadi.


































Bab 9
Pengendalian Proyek

Tahap manajemen yang berikutnya setelah pelaksanaan proyek adalah pengendalian. Ini berarti di dalam pelaksanaan proyek, sebelum proyek selesai, sudah ada proses pengendalian. Jadi pengendalian dilakukan seiring pelaksanaan proyek. Pengendalian dilakukan agar proyek tetap berjalan dalam batas waktu, biaya  dan  performansi yang ditetapkan dalam rencana. Sehingga proses  pengendalian proyek ini adalah hal yang sangat penting. Rencana yang bagus tanpa dibarengi dengan pengendalian yang baik sangat mungkin tidak akan menghasilkan output proyek yang bagus dalam hal jadwal, biaya dan performansi.
Ada perbedaan antara perencanaan dan pengendalian yaitu:
Perencaan perkonsetrasi pada
a.         Penetapan arah dan tujuan
b.        Pengalokasi sumberdaya
c.         Pengantisipasian makalah
d.        Pemberikan motivasi

Sedangkan pengendalian berfokus pada
a.         Pengendalian pekerjaan ke arah tujuan
b.             Pengunaan secara efektif sumberdaya ang ada
c.             Perbaikan
d.            Pemberian imbalan pencapai tujuan


Langkah-langkah dalam Pengendalian
Secara umum ada tiga langkah pokok dalam proses pengendalian, yaitu:
1.      Menentukan standar performansi sesuatu yang akan dikendalikan.
2.      Membandingkan antara performansi aktual dan performansi standar hasil pekerjaan dan pengeluaran yang sudah terjadi dibandingkan dengan jadwal, biaya dan spesifikasi performansi yang direncanakan.
3.      Melakukan tindakan koreksi, bila performansi aktual secara signifikan menyimpang dari yang direncanakan tindakan koreksi perlu dilakukan.

Monitoring lnformasi
Agar proses pengendalian bisa dilakukan tepat waktu dan efektifperlu adanya informasi yang tersedia mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan. Untuk itu perlu adanya kegiatan mengumpulkan data dan melaporkan informasi.

Untuk membantu memudahkan pengendalian proyek perlu dibuat suatu alat bantu yang disebut dengan Project Cost Accounting System. PCAS adalah suatu struktur dan metodologi, bisa manual atau terkomputerisasi yang memungkinkan dilakukannya perencanaan, pelacakan, dan pengendalian biaya proyek.

Terdapat yang namanya Sistem Informasi Manajemen Proyek yang diharapkan mampu:
1.      Menyediakan informasi yang perlu untuk melakukan perencanaan, pengendalian dan ringkasan-ringkasan dokumen.
2.      Memisahkan data dari sistem informasi komputer yang lain ke dalam database proyek.
3.      Mengintegrasikan pekerjaan, biaya, tenaga kerja dan informasi jadwal untuk menghasilkan perencanaan, pengendalian dan laporan ringkas untuk manajer proyek, orang-orang fungsional dan pihak manajemen yang lebih tinggi.

Pengendalian Internal dan Eksternal
Ada dua macam pengendalian dalam proyek ditinjau dari tempat asalnya: pengendalian internal (didasarkan pada standar yang berasal dari sistem kontraktornya) dan pengendalian eksternal (didasarkan pada prosedur tambahan yang ditetapkan oleh pihak klien atau user).

Pengendalian Biaya Tradisional
Dalam pengendalian biaya tradisional, pengukuran performansi pekerjaan didasarkan pada perbandingan biaya yang dianggarkan dengan biaya aktual. Pembandingan ini lebih populer dengan istilah Analisis Variansi.Pendekatan baru yang memadukan informasi biaya dan kemajuan pekerjaan sering dinamakan dengan earned value.

Ada proses-proses tertentu yang perlu dilakukan untuk melakukan pengendalian dalam manajemen proyek. Proses tersebut terdiri dari: Otorisasi Pekerjaan dan Pengumpulan Data.
Di dalam otorisasi pekerjaan terdapat perintah kerja (work order) yang memuat:
·         Pernyataan pekerjaan (statement of work)
·         Anggaran berjalan untuk jam kerja langsung, material dan biaya langsung yang lain
·         Jadwal, kejadian penting, dan hubungan dengan paket kerja yang lain
·         Posisi pekerjaan yang bersangkutan dalam WBS
·         Spesifikasi dan kebutuhan-kebutuhan
·         Tanda tangan pemberi wewenang dan penerima tanggungjawab.

Analisis Performansi
Ada bermacam-macam variabel yang bisa digunakan untuk mengevaluasi performansi proyek pada saat tertentu. Variabel-variabel itu adalah:
1.      BCWS(Budgeted Cost of Work Scheduled), yaitu variabel yang menyatakan besarnya biaya yang dianggarkan untuk pekerjaan yang dijadwalkan untuk suatu periode tertentu dan ditetapkan dalam anggaran.
2.      ACWP(Actual Cost of Work Performed), variabel yang menyatakan pengeluaran aktual dari. pekerjaan yang sudah dikerjakan sampai waktu tertentu.
3.      BCWP(Budgeted Cost of Work Performed), variabel yang menyatakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan yang sudah dikerjakan.

Dari ketiga besaran BCWS, BCWP, dan ACWP dapat diperoleh besaran lain. Besaran-besaran itu adalah:
1.      Cost Variance(CV) = BCWP – ACWP
2.      Schedule Variance(SV) = BCWP – BCWS
3.      Time Variance (TV) = SD – BCSD

Terdapat ukuran yang bisa dipakai untuk melihat performansi proyek, yaitu:
1.      Cost Performance Index(CPI = BCWP / ACWP)
Indeks ini merupakan perbandingan antara biaya yang dianggarkan dengan biaya aktual.
2.      Schedule Performance Index (SPI = BCWP / BCWS)
Indeks ini merupakan perbandingan biaya dari pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan biaya dari pekerjaan yang dijadwalkan.
















































Bab 11
Pemilihan Proyek

Suatu perusahaan mungkin mempunyai banyak pilihan proyek dalam waktu yang sama. Jika proyek-proyek yang tersedia menjanjikan keuntungan bagi perusahaan, maka perlu dilakukan pemilihan proyek yang paling menguntungkan baik dari segi finansial atau aspek yang lain.Beberapa kriteria finansial yang bisa digunakan dalam pemilihan proyek, antara lain:
1. Payback period (PP)
2. Return on investment (ROI)
3. Net present value (NPV)
4. Internal rate of return (IRR)
5. Break even analysis

Payback Period
Adalah periode waktu di mana investasi yang dilakukan perusahaan sudah bisa pulih atau kembali melalui cash flow yang masuk ke perusahaan. Dalam hal ini tidak diperhitungkan bunga atau inflasi.

Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) adalah rata-rata profit tahunan dibandingkan dengan jumlah yang diinvestasikan. Atau


Di mana rata-rata profit tahunan didefinisikan sebagai total pendapatan - total pengeluaran.

Net Present value (NPV)
Net Present value (NPV) adalah nilai sekarang dari uang atau cash flow di masa mendatang dengan mempertimbangkan faktor bunga atau interest rate. Dengan konsep ini, uang 100.000 sekarang lebih berharga daripada jumlah yang sama pada 5 tahun mendatang.
Proyek dengan NPV yang tertinggi adalah proyek yang paling sesuai. Proyek dengan NPV negatif adalah proyek yang tidak mengungtungkan.

Internal Rate of Return
IRR, dalam persen muncul ketika NPV = 0. Berlaku aturan, IRR yang dihasilkan suatu proyek harus lebih besar dari biaya dari sumberdaya.
Rumus untuk menentukan IRR sangat kompleks, sebagai konsekuensinya maka cara yang paling sesuai untuk memperoleh IRR adalah dengan merata-ratakan suatu financial Calculator atau spreadsheet dengan menggunakan fungsi IRR. Jika pilihan ini tidak tersedia, maka IRR dapat dikembangkan melalui trial dan error dengan mendefinisikan NPV dari proyek, menggunakan beragam suku bunga, hingga diperoleh hasil NPV nol (mendekati nol).

Analisa Biaya Breakeven
Kadang-kadang perusahaan mengembangkan suatu proyek untuk memproduksi sebuah barang, tetapi perusahaan tersebut mungkin saja tidak memiliki peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi sehingga harus membeli atau menambahkan peralatan yang sesuai. Perusahaan mungkin memiliki beberapa pilihan yaitu salah satu caranya adalah menghitung break even. Break even bisa diartikan sebagai suatu level produksi dimana modal yang dikeluarkan sudah kembali.

1. Break Even
Rumus untuk mencari break even adalah :

Kontribusi per unit = harga penjualan - biaya variabel per unit

2. Titik Alternasi / Swing Point
Swing rate: ketika suatu jumlah tertentu dipesan, kedua pilihan di atas mungkin menguntungkan, tapi ada satu pilihan yang lebih menguntungkan dibanding yang lain.
Rumus untuk mencari Swing Point:

Weighted Scoring Evaluation Model
Model ini dapat digunakan untuk membantu penilaian beberapa proyek yang berbeda dan menentukan proyek mana yang harus dipilih. Pendekatan yang digunakan di sini bersifat non finansial.Pada model ini terdapat beberapa tahap, yaitu:
1. Pendekatan
2. Memberi bobot faktor
3. Penilaian masing-masing proyek
4. Penilaian proyek
Pendekatan yang dipakai sebagai berikut:
Mendefenisikan faktor-faktor kesuksesan dalam seluruh proyek
Mengukur setiap faktor dari kesuksesan
Menilai setiap proyek terhadap faktor-faktor kesuksesan
Menerangkan hasil akhir dari tiap proyek.
Mendefinisikan Faktor-faktor Kesuksesan
Dimulai dengan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kesuksesan suatu proyek. Sebaiknya jangan membatasi hanya pada satu proyek, tapi harus dilihat hasil akhir dari proyek-proyek secara keseluruhan yang dipunyai perusahaan. Contoh-contoh faktor yang mempengaruhi kesuksesan perusahaan:
Maksimisasi keuntungan
Pemanfaatan tenaga kerja
Pemanfaatan sumberdaya
Peningkatan pangsa pasar
Kemampuan untuk memasuki pasar baru
Pengembangan image perusahaan
Kepuasan dari pemegang saham
Tingkat kepastian
Kesesuaian dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan
Kemudahan dalam mencapai hasil


Bab 12
Mengelola Konkrit Dalam Proyek

Dalam pelaksanaan proyek sesuai dengan karakteristiknya, sangat berpotensi munculnya konflik baik antara orang, antara departemenatau anatara tim proyek dengan user. Dengan demikian tidaklah menyimpang jika dalam pembahasan manajemen proyek dimasukkan pembahasan tentang manajemen konflik ini.Seorang manajer proyek harus menaruh perhatian terhadap masalah ini.

Konflik yang dikelola secara benar bisa membawa dampak positif bagi organisasi maupun individu dalam organisasi. Dampak-dampak positif yang bisa muncul antara lain:
1 . Bisa menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik
2. Memacu orang untuk mencari dan menemukan pendekatanpendekatan baru dalam menyelesaikan masalah
3. Memunculkan masalah lama ke permukaan dan kesepakatan tentang adanya masalah tersebut
4. Memacu orang untuk menjelaskan pandangannya
5. Menyebabkan tekanan yang akan menstimulasi perhatian dan kreativitas seseorang
6. Memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menguji kapasitas kemampuannya.

Sumber-sumber penyebab konflik yang sering muncul dalm pelaksanaan proyek antara lain:
1 . Penjadwalan proyek
2. Prioritas proyek
3. Alokasi tenaga kerja
4. Masalah teknis dan trade off hasil fisik
5. Prosedur administrasi
6. Perbedaan inter personal
7. Biaya
8. Peralatan dan fasilitas ditemukan tiga penyebab utama konflik.

ada beberapa metode untuk mengurangi atau memecahkan konflik, yaitu :

1. Konfontrasi
Yakni menghadapi masalah konflik secara langsung.Ini dilakukan dengan mengenali masalah dan potensi masalah untuk kemudian dihadapi secara langsung Pemecahan Konflik.langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi konflik dalam proyek. Konfrontasi cocok untuk situasi di mana:
• Kedua belah pihak ingin menang
• Ingin menurunkan biaya
• Ada cukup waktu
• Saling percaya

2. Kompromi
Dengan kompromi diharapkan semua pihak akan mendapat tingkat kepuasan tertentu. Kompromi biasanya adalah hasil dari konfrontasi. Dalam hal ini diperlukan kerelaan semua pihak untuk menerima pendapat pihak lain. Pada tingkat ekstrim semua pihak mungkin merasa mendapatkan kerugian yang lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh pihaknya, sehingga pemecahan ini tidak harus optimal untuk kepentingan proyek.Kompromi cocok untuk situasi di mana:
• Kedua belah pihak ingin menang
• Tidak ada cukup waktu
• Anda ingin menjaga hubungan baik pihak-pihak yang terlibat konflik
• Anda tidak mendapat apa-apa jika tidak kompromi
• Pihak lain sekuat Anda posisinya
• Kita tidak yakin kalau kita benar

3.Mengurangi tingkat kepentingan ketidaksepakatan (menganggap tidak ada konflik)/akomodasi
            Cara ini dilakukan dengan menganggap ketidaksepakatan yang terjadi tidak pernah ada, berusaha untuk mengecilkan perbedaan yang ada dan menekankan kepentingan yang sama, sebelum ketidaksepakatan ini keluar dari proporsi yang seharusnya. Cara ini harus menyelesaikan konflik tetapi tetap berusaha meyakinkan dua pihak yang berkonflik untuk tetap berunding karena mungkin akan ada solusi. Cara ini sesuai untuk situasi di mana:
• Tujuan yang dicapai sangat sulit
• Untuk menciptakan kewajiban tawar-menawar di waktu mendatang
• Sembarang solusi sudah cukup
• Anda ingin keharmonisan
• Menciptakan good will.
• Jika kita akan kalah
• Taruhannya kecil

4. Menggunakan kekuasaan (Forcing)
Cara pengatasan konflik dengan menggunakan kekuasaan sehingga terjadi kondisi menang-kalah. Cara ini ditempuh jika sua tu pihak ingin memaksakan solusi kepada pihak lain. Forcing sesuai untuk situasi dimana:
• Situasi "do or die"
• Anda benar
• Taruhannya besar
• Prinsip yang penting menjadi taruhan
• Hubungan baik pihak yang terlibat konflik tidak penting
• Keputusan harus dibuat cepat
• Anda lebih kuat posisinya

5. Menghindar (Withdrawing)
Cara ini sering dianggap sebagai solusi sementara untuk sebuah persoalan konflik.Masalah yang ada bisa datang lagi dan konflik bisa muncul lagi. Ada yang beranggapan ini sebagai cara yang kurang jantan dan ketidakmauan menghadapi situasi. Cara ini sesuai untuk situasi di mana:
·   Anda ingin menjaga reputasi atau netralitas
·   Anda pikir masalahnya akan menghilang sendiri
·   Anda bisa menang dengan menunda
·   Anda tidak bisa menang
·   Jika taruhannya rendah
·   Jika taruhan tinggi tapi kita belum siap


Mengelola Konflik

Teori Ekspektasi tentang Konflik
Jika dua orang tidak sependapat untuk suatu hal maka itu sering disebut dengan ada konflik personal. Perbedaan bisa saja didasari karena perbedaan latar belakang, sifat, nilai-nilai, dan pengalaman.Dyer mengusulkan suatu langkah untuk mengatasi konflik personal ini dengan apa yang disebut violation of expectation. Jika seseorang melanggar harapan orang lain, berarti telah terjadi reaksi yang negatif.

Metode Kelompok Untuk Menyelesaikan Konflik
Metode-metode penyelesaian konflik dalam kelompok adalah:

Teknik Memperjelas Peran
Tujuan dari teknik ini adalah agar setiap orang mengetahui posisi dan tanggungjawabnya masing-masing, dapat mengerti posisi dan tanggungjawab orang lain serta apa yang diharapkan orang lain darinya.

Memperjelas Peran-peran Untuk Tim
Pada awal pertemuan perlu dijelaskan agar setiap orang dalam tim memberikan jawaban yang jujur, mengeluarkan uneg-unegnya dan diharapkan semua akan setuju dengan penjelasan ini.

Memperjelas Peran Setiap Orang
Kegiatan bisa dimulai dengan satu orang tertentu (misalkan A) untuk menyatakan dalam bentuk tulisan tentang siapa saja yang mempunyai hubungan kerja dengannya dan mengharap perilaku tertentu terhadapnya dalam hubungan kerja. Setelah itu orang ini (A) dan orang yang disebutkannya perlu mengadakan suatu pertemuan untuk membahas mengenai apa saja yang diharapkan orang-orang ini dari si A.

Resolusi Konflik dalam Kelompok
Jika beberapa kelompok terlibat konflik karena harapan yang berbeda maka ada cara tersendiri yang diusulkan Dyer. Pertama, setiap kelompok yang menyiapkan daftar pertanyaan mengenai apa yang dibutuhkannya dari kelompok lain. Kelompok-kelompok tersebut selanjutnya saling tukar menukar daftar yang sudah dibuatnya. Dilakukan tawar menawar antar kelompok tersebut untuk mencapai kesepakatan tentang apa yang harus dilakukan oleh setiap kelompok. Agar setiap kelompok tetap punya komitmen terhadap hasil kesepakatan, sebaiknya hasilnya dibuat tertulis.
















Bab 13
Manajemen Proyek Dan Risiko

Biasanya manajemen proyek berkonsentrasi pada masalah jadwal dan biaya.Bagaimana melaksanakan proyek sesuai jadwal dan biaya yang direncanakan adalah fokus dari manajemen proyek.Manajemen Risiko pada proyek meliputi langkah memahami & mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi, mengevaluasi bagaimana risiko ini mempengaruhi keberhasilan proyek, monitoring dan penanganan risiko. Manajemen Risiko yang proaktif akan mengurangi jumlah masalah, memperbaiki keberhasilan pelaksanaan proyek. Dalam bab ini kita akan membahas subtopik berikut :

1. Risiko
2. Definisi Manajemen Risiko
3. Toleransi Terhadap Risiko
4. Proses Manajemen Risiko

Risiko
Risiko merupakan kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dan konsekuensi dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu konsekuensi untuk satu kejadian, dan konsekuensi bisa merupakan hal yang positif maupun negatif.

Probabilitas terjadinya risiko sering disebut dengan risk likelihood, sedangkan dampak yang akan terjadi jika risiko tersebut terjadi dikenal dengan risk impact dan tingkat kepentingan risiko disebut dengan risk value atau risk exposure.

Jenis-jenis risiko antara lain:
1.      Risiko operasional
Kejadian risiko yang berhubungan dengan operasional organisasi mencakup risiko yang berhubungan dengan sistem organisasi, proses kerja, teknologi dan sumber daya manusia.
2.      Risiko Finansial
Risiko yang berdampak pada kinerja keuangan organisasi seperti kejadian risiko akibat dari fluktuasi mata uang, tingkat suku bunga termasuk risiko pemberian kredit, likuiditas dan pasar.
3.      Hazard Risk
Risiko yang berhubungan dengan kecelakaan fisik seperti kejadian atau kerusakan yang menimpa harta perusahaan dan adanya ancaman perusahaan.
4.      Strategic Risk
Risiko yang berhubungan dengan strategi perusahaan, politik, ekonomi, peraturan dan perundangan. Risiko yang berkaitan dengan reputasi organisasi kepemimpinan dan termasuk perubahan keinginan pelanggan.

Manajemen Risiko
Manajemen Risiko pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko secara lebih transparan.

Tujuan manajemen risiko adalah mencegah atau meminimisasi pengaruh yang tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui menghindari risiko atau mempersiapkan rencana kontingensi yang berkaitan dengan risiko tersebut.

Definisi Manajemen Risiko
Risiko proyek (project risk) adalah suatu peristiwa (event) atau kondisi yang tidak pasti (uncertaint), jika terjadi mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada tujuan proyek.
Dalam manajemen proyek, yang dimaksud dengan manajemen risikoproyek adalah seni dan ilmu untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon risiko selama umur proyek dan tetap menjamin tercapainya tujuan proyek.

Ada tiga kunci yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko agar bisa efektif :
1.      Identifikasi, analisis dan penilaian risiko pada awal proyek secara sistematis dan mengembangkan rencana untuk menanganinya.
2.      Mengalokasikan tanggungjawab kepada pihak yang paling sesuai untuk mengelola risiko.
3.      Memastikan bahwa biaya penanganan risiko cukup kecil dibanding dengan nilai proyeknya.

Toleransi Terhadap Risiko
Setidaknya ada 3 tipe bagaimana individu atau kelompok dalam menghadapi risiko, yaitu penghindar risiko (risk avoider), netral dan pencari risiko (risk seeker).

Kepastian, Risiko dan Ketidakpastian
Pengambilan keputusan secara umum bisa masuk ke dalam tiga kategori. Yaitu, dalam keadaan pasti (certain), di bawah risiko (underrisk), dan dalam keadaan tidak pasti (uncertaint).

Kepastian
Dalam keadaan pasti, maka selalu ada strategi yang dominan dibanding strategi yang lain.

Risiko
Pengambilan keputusan dalam keadaan di bawah risiko (under risk), perlu menghitung kemungkinan laba dari nilai ekspektasi total dari setiap strategi.

Ketidakpastian
Dalam ketidakpastian, tidak ada nilai peluang yang diketahui untuk masing-masing kondisi pasar. Ada 3 kriteria untuk memilih strategi terbaik dalam kondisi seperti ini:
1)      Hurwicz atau maximax, memaksimasi profit yang maksimum. Ini adalah pilihan untuk para penganut risk taker/seeker.
2)      Wald, minimax, yaitu meminimasi profit yang maksimum
3)      Savage, atau maximin, yaitu berusaha meminimumkan regret (penyesalan) dari alternatif yang ada.

Proses Manajemen Risiko
Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah:
1)      Perencanaan manajemen Risiko
2)      Identifikasi Risiko
3)      Analaisis risiko Kualitatif
4)      Analisis risiko kuantitatif
5)      Perencanaan respon risiko
6)      Pengendalian dan monitoring risiko

Perencanaan manajemen risiko (Risk management planning)
Perencanan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan aktifitas manajemen risiko untuk proyek. Dengan melihat lingkup proyek, rencana manajemen proyek dan faktor lingkungan perusahaan, tim proyek bisa mendiskusikan dan menganalisis aktifitas manajemen risiko untuk proyek-proyek tertentu. Hasil dari proses ini adalah rencana manajemen risiko (risk mangement plan).

Yang diperlukan untuk membuat perencanaan ini:
1)      Project charter
2)      Kebijakan manajemen risiko organisasi
3)      Susunan peran dan tanggungjawab
4)      Toleransi stakeholder terhadap risiko
5)      Template untuk rencana manajemen risiko organisasi
6)      Work Breakdown Structure (WBS)

Hal-hal yang tercakup dalam Risk management plan adalah:
1)      Metodologi. Mendefinisikan alat, pendekatan dan sumber data yang mungkin digunakan dalam manajemen risiko proyek tertentu.
2)      Peran dan tanggungjawab. Definisikan tanggungjawab dan peran utama, pendukung dan keanggotaan tim manajemen risiko untuk setiap tindakan dalam risk management plan.
3)      Budget. Berisi rencana anggaran untuk manajemen risiko proyek
4)      Waktu. Berisi rencana waktu pelaksanaan proses manajemen risiko akan dilakukan selama siklus hidup proyek.
5)      Scoring dan interpretasi. Metode scoring dan interpretasi yang sesuai untuk tipe dan dan waktu untuk analisis risiko kualitatif dan kuantitatif yang akan dilakukan.

Identifikasi Risiko
Identifikasi bisa dilakukan dengan melihat asal dan problemnya:
1.      Analisis sumber, sumber bisa berasal dari internal atau eksternal dari sistem yang menjadi target dari manajemen risiko.
2.      Analisis Problem, Risiko berhubungan dengan kekhawatiran.

Metode Identifikasi risiko yang umum adalah:
1.      Identifikasi Risiko berdasarkan Tujuan
2.      Identifikasi Risiko berdasarkan Skenario
3.      Identifikasi risiko berdasarkan Taksonomi
4.      Common-risk checking
Teknik pengumpulan Informasi:
1)      Brainstonning,
2)      Interviewing
3)      Delphi Technique
4)      Checklist

























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengenalan PWM Pada Arduino

Pengenalan PWM (Pulse Width Modulation) Pulse Width Modulation (PWM) merupakan suatu teknik untuk mendapatkan hasil output analog dengan pendekatan secara digital. Teknik PWM ini mengendalikan lebar pulsa berdasarkan modulator. Meski bapat diterapkan dalam penyandian informasi komunikasi, penerapan utamanya lebih pada kendali daya perangkat listrik, semisal motor. Kendali digital digunakan untuk membentuk sebuah gelombang kotak (square wave), sebuah gelombang signal untuk switch antara kondisi on dengan off. Pola kondisi on dan off tersebut merepresentasikan suatu nilai full on pada Arduino (5 volt) dan kondisi off (0 volt) dengan mengubah perbandingan ratio antara waktu kondisi on dengan kondisi off dalam satu periode. Durasi waktu on disebut dengan istilah lebar pulsa, pulse width. Untuk mendapatkan suatu variasi hasil output nilai analog, dapat dilakukan dengan mengubah lebar pulsa tersebut. Perbandingan antara waktu signal on dengan waktu satu periode disebut dengan duty cycle.

Tugas VClass 1 Elektronika Dasar

TUGAS V-Class 1 1. Jelaskan tentang semikonduktor ,  berikan juga contohnya !      a. Jelaskan tentang Rangkaian Diskrit      b. Jelaskan tentang Rangkaian Terintegrasi      c. Sebutkan macam-macam jenis, fungsi dan simbol dioda 2. Jelaskan cara kerja dioda sebagai penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh Jawab : 1. Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di antara insulator (isolator) dan konduktor. Semikonduktor disebut juga sebagai bahan setengah penghantar listrik. Suatu semikonduktor bersifat sebagai insulator jika tidak diberi arus listrik dengan cara dan besaran arus tertentu, namun pada temperatur, arus tertentu, tata cara tertentu dan persyaratan kerja semikonduktor berfungsi sebagai konduktor, misal sebagai penguat arus, penguat tegangan dan penguat daya. Kata “Semikonduktor” sangat identik dengan peralatan Elektronika yang kita pakai saat ini. Hampir setiap peralatan Eletronika canggih seperti Handphone,

Wet Market BMX, Komunitas BMX Di Utara Bekasi

Sekumpulan anak muda terlihat tengah asyik dengan sepeda bmx nya masing - masing. Dengan tidak mengenal batasan usia, dan latar belakang mereka berkumpul menjadi satu dengan hobby yang sama. Dengan satu impian yang sama dapat menguasai berbagai trick freesyle di bmx.  “Ini cara kita untuk mengisi waktu muda disaat kita masih memiliki tenaga yang melimpah kita ekpresikan dengan berolahraga diatas sepeda bmx” kata salah satu anggota komunitas, Robby Ashari di sela-sela waktu berlatihnya. Menurut pria yang akrab disapa Obby itu, awalnya komunitas ini terbentuk karena kita bersekolah di tempat yang sama dan memilki ketertrikan yang sama terhadap sepeda bmx. “Awal terbentuknya komunitas ini kita beri nama BMX Doe-Sat diambil dari nama sekolah kita, seiring berjalannya waktu kita sudah lulus dari sekolah tersebut. Kita memutuskan untuk berganti nama menjadi Wet Market BMX diambil dari nama tempat kita sering berlatih yaitu di pasar basah marakash square” Di